Selasa, 18 April 2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

 

1.      Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Pratap Triloka yang pernah dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara terdiri dari tiga semboyan yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

·         Ing Ngarsa Sung Tuladha,  di  depan memberi teladan. Hal tersebut berarti bahwa harus mampu menjadi teladan bagi muridnya. Sehingga seorang Guru harus selalu mempertimbangkan tingkah laku dan tindakan yang akan dilakukan agar dapat menjadi contoh dan panutan murid-muridnya. 

·         Ing madya mangun karsa, di tengah memberi motivasi. Berarti bahwa seorang guru diharapkan dapat menumbuhkan semangat dan motivasi pada diri muridnya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai dengan cara memenuhi kebutuhan belajar para murid.

·         Tut Wuri Handayani,  di belakang memberikan dukungan. Seorang guru perlu mendukung murid-muridnya untuk memaksimalkan potensi yang ada pada diri mereka.

Dalam menjalankan peran sebagai Pamong, Guru seringkali dihadapkan dalam situasi yang mengandung dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan sebuah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih dua pilihan. Di mana kedua pilihan benar secara moral, tetapi bertentangan. Bujukan moral adalah sebuah situasi ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau salah.

Menurut filosofi Pratap Triloka tersebut, maka dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Guru harus menjadi teladan yang positif, motivator, dan sekaligus dukungan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Maka, Guru perlu memiliki ketrampilan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil. Dalam mengambil keputusan juga mengacu pada 9 langkah pengujian dan  pengambilan keputusan.

 

2.      Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan tolok ukur pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Pada modul sebelumnya  pada Pendidikan Guru penggerak, yaitu 1.2 saya mempelajari tentang nilai –nilai Guru Penggerak. Nilai -  nilai tersebut terdiri dari : 

a.      Berpihak  pada  murid, segala keputusan yang diambil oleh seorang Guru Penggerak harus didasari oleh semangat untuk memberdayakan dirinya serta memanfaatkan aset/kekuatan yang ada untuk memenuhi kebutuhan belajar murid dengan menyediakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang positif serta berkualitas.

b.     Mandiri, seorang Guru Penggerak harus senantiasa memampukan dirinya sendiri dalam melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab untuk memulai perubahan positif. 

c.      Reflektif, Guru harus mampu melakukan refleksi atau evaluasi terhadap apa yang sudah dilakukan, sehingga mampu mencari solusi jika ditemukan permasalahan.

d.     Kolaboratif, yaitu guru harus mampu bekerjasama baik dengan rekan sejawat, murid, wali murid maupun pimpinan.  Mampu membangun rasa saling percaya dan saling menghargai, mengakui dan mengelola kekuatan serta perbedaan peran tiap pemangku kepentingan di sekolah, sehingga tumbuh semangat saling mengisi, saling melengkapi.

e.      Inovatif,  mampu senantiasa memunculkan gagasan segar dan tepat guna.

 

Kehadiran nilai-nilai positif akan membantu dalam mengambil posisi ketika berhadapan dengan situasi atau masalah, maupun sebagai bahan evaluasi ketika membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri akan menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah, prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan.

Dalam modul 3.1 mengenai pengambilan keputusan, saya mempelajari ada tiga prinsip yang dapat digunakan sebagai pedoman yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam menghasilkan keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri.

3.      Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan coaching yang telah saya pelajari  dan praktekkan ada modul sebelumnya. Kemampuan seseorang dalam coaching sangat mempengaruhi bagaimana ia akan membimbing dirinya dan orang lain dalam pengambilan suatu keputusan. Pada prinsipnya, coaching merupakan suatu kemampuan seseorang dalam rangka menggali dan membangkitkan potensi yang ada pada diri coachee. Pada proses coaching kita membantu agar coachee dapat membuat keputusannya secara mandiri, maka dimodul ini kita kembali melakukan refleksi apakah keputusan yang dibuat tersebut dapat dipertanggungjawabkan, dan menjadi win-win solution bagi pembuat keputusan dan pihak laun atau justru akan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari.

Pada pembelajaran pengambilan keputusan ini, saya diberikan panduan berupa 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tentu akan membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang.

4.      Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Penguasaan terhadap komppetensi sosial emosional tidak hanya berpotensi menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik, namun juga memberikan pondasi yang kuat di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Terdapat lima aspek sosial dan emosional yang perlu dimiliki, yaitu  :

a.      Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)

b.      Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)

c.       Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)

d.      Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)

e.      Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Dengan menerapkan aspek sosial emosional  tersebut, maka saat guru mengadapi dilema etika  dapat memahami, mengidentifikasi, menganalisis masalah, menemukan alternatif solusi, mengambil sebuah keputusan dengan kesadaran penuh (minfullnes) dan penuh tanggung jawab serta dapat merefleksi keputusan yang telah diambil.

5.      Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Sebagai pemimpin pembelajaarn, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral.  Pembahasan studi kasus pada modul ini memberikan contoh yang mungkin saja pernah dialami oleh sebagian guru. Nilai-nilai yang dianut oleh Pendidik akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya.

Hal ini akan memberikan rambu-rambu dan pedoman agar guru-guru tidak terjebak dalam situasi yang sama dan dapat bertindak secara bijak melalui prinsip, paradigma, dan langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan membuat kita semakin menyadari perilaku yang benar dan perilaku yang salah terutama mengacu pada nilai yang dianutnya.

6.      Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap arah yang lebih baik dan menghasilkan win-win solution serta berpihak pada peserta didik, akan mampu  mewujudkan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Namun sebaliknya pengambilan keputusan yang salah akan berdampak buruk pada perjalanan lingkungan itu sendiri.

Maka untuk melakukan perubahan, diperlukan suatu pendekatan yang sistematis. Dalam hal ini, kita menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif BAGJA untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

7.      Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Dalam kasus dilema etika, pada dasarnya apapun keputusan yang kita ambil dapat dibenarkan secara moral. Akan tetapi bagaimanapun keputusan yang dihasilkan belum tentu dapat memuaskan semua pihak, selalu ada pro dan kontra.

Beberapa hal yang menjadi tantangan dalam pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika diantaranya, adanya kelompok atau individu memiliki pendapat berbeda/ bersebrangan, komunikasi yang kurang efektif antara berbagai pihak terkait.

Seperti yang kita ketahui, pada situasi dilema etika terdapat  empat pola paradigma

a.    Individu lawan kelompok (individual vs community)

b.    Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

c.    Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

d.    Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).

Ketika terjadi paradigma yang ada, sudut pandang  akan  akan mempengaruhi seseorang atau kelompok dalam mengambil keputusan, sehingga hal harus dihadapi secara bijaksana. 

8.      Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Sebagai pemimpin pembelajaran pengambilan keputusan tentu akan berpengaruh pada pengajaran yang diberikan kepada murid. Dengan upaya pemenuhan kebutuhan murid, Guru akan mempertimbangkan  keputusan dengan mengacu pada potensi (kodrat) murid yang beragam dan memperhatikan aspek sosial emosional murid sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Salah satu upayanya adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, merancangkan metode dan strategi pembelajaran serta menyiapkan sumber belajar yang bervariasi sesuai gaya belajar dan minat murid. Melibatkan murid dalam merancang pembelajaran bahkan penilain.

9.      Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar-benar memperhatikan kebutuhan belajar. Dengan mengambil keputusan menggunakan pemetaan kebutuhan murid maka murid akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dengan optimal,  sehingga kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan anak  yang bahagia serta merdeka  lahir dan batin.

10.  Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir dari modul 3.1 kaitan dengan modul sebelumnya bahwasannya pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran berkaitan dengan tujuan pendidikan yang memerdekakan murid dalam belajar, sesuai dengan  filosofis KHD bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran yang berpihak pada murid,  seorang pendidik harus mampu memahami kebutuhan belajar muridnya, mampu mengelola kompetensi sosial emosional yang dimiliki untuk mengambil sebuah keputusan.

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik juga mempengaruhi keputusan yang akan diambilnya serta pengambilan keputusan yang tepat dapat berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Dan untuk mengambil keputusan yang baik maka Guru perlu menggunakan keterampilan coaching akan membantu untuk menemukan solusil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan.

11.  Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Bujukan moral adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam mengambil sebuah keputusan. Sedangkan dilema etika merupakan situasi dimana seseorang dihadapkan pilihan yang sesuai dengan nilai –nilai kebajikan namun saling bertentangan.Ketika menghadapi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan  pola tersebut merupakan 4 paradigma yang dikategorikan : individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka pendek lawan jangka Panjang. kemudian Langkah berikutnya dalam membantu menghadapi pilihan dari dua permasalahan gunakan 3 prinsip pengambilan keputusan : berfikir berbasis akhir, berfikir berbasis peraturan, berfikir berbasis rasa peduli. Untuk memandu dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan di ambiln ada 9 langkah yang dapat dilakukan.

Dan di luar dugaan saya ternyata ketika kita menemukan dalam pengujian benar atau salah terdapat pelanggaran hukum maka langkah berikutnya tidak dilanjutkan karena hal tersebut merupakan bujukan moral, yang salah dan tidak bisa dilaksankan langkah berikutnya.

12.  Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, saya pernah menghadapi dilema  etika dan diharuskan mengambil keputusan dengan situasi yang sesuai dengan paradigma antara rasa keadilan lawan rasa kasihan, waktu itu saya memutuskan tanpa menggunakan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan sehingga masih ada perasaan mengganjal karena masih merasa belum memutuskan hal yang paling baik. Setelah mempelajari modul 3.1 yang harus saya lakukan adalah menganalisa permaslahan yang ada kemudian melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan,

13.  Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari modul ini memiliki peningkatan pemahaman terkait kemampuan menganalisis suatu kasus. Bertambahnya ketrampilan dalam mengidentifikasi setiap permasalahan dan  mengambil keputusan dengan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

14.  Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Mempelajari modul 3.1. terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, bagi saya sangat penting baik sebagai individu maupun  saat sebagai pemimpin. Dengan mempelajari modul ini, saya bisa memperoleh pemahaman tentang bagaimana membedakan antara kasus yang berupa dilema etika maupun bujukan moral, mempelajari tentang apa saja pola paradigma dalam situasi dilema etika, tiga prinsip yang mendasari pengambilan keputusan serta sembilan (9) langkah pengujian dan pengambilan keputusan agar menghasilkan keputusan yang terbaik dan minim resiko.

 

 

Anita April Yani

SMAN 1 Plumpang

CGP A 7 Kelas  139 A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar